Selasa, 10 Maret 2020

ARSITEKTUR MONUMEN KEAGAMAAN HINDU DAN BUDHA DI INDONESIA.


ARSITEKTUR MONUMEN KEAGAMAAN HINDU
DAN BUDHA DI INDONESIA.

            Salah satu peninggalan dari zaman Hindu-Budha yang sangat berharga sebagai sumber sejarah Indonesia kuno adalah bidang arsitektur atau seni bangun. Peninggalan tersebut berupa bangunan-bangunan sui yang bersifat agama Hindu atau Buddha yang kita kenal dengan nama candi. Menurut Dr. W.F Stutterheim dan Dr. H.J. Kom, nama candi merupakan kependekan dari candika, yaitu salah satu nama dari Dewi Durga atau Dewi Maut.
Candi dalam agama Hindu sebenarnya adalah bangunan untuk memuliakan raja yang telah wafat.

            Dalam candi yang dikuburkan bukanlah mayat atau abu jenazah, melainkan bermacam-macam benda, seperti potongan-ptongan berbagai jenis logam dan batu-batu akik yang disertai dengan saji-sajian. Benda-benda tersebut dinamakan pripih dan dianggap sebagai lambang zat-zat jasmaniah dari sang raja yang telah bersatu kembali dengan penitisnya. Mayat seorang raja yang meninggal di bakar dan abunya dihanyutkan ke laut. Arca Syiwa yang merupakan perwujudan yang melukiskan sang raja sebagai dewa, namun sering kali arca perwujudan itu berupa lambang syiwa saja yaitu lingga.

            Candi dalam agama Buddha dimaksudkan sebagai tempat pemujaan dewa saja. Di dalamnya tidak terdapat pripih dan arcanya tidak mewujudkan seorang raja. Seandainya ada yang ditemukan bkanlah candi agam Buddha aliran Mahayana atau Hinayana, tetapi Buddha Tantrayana, misalnya candi Jawi di Prigen, Pasuruan, Jawa timur.

   Candi sebagai bangunan terdiri dari tiga bagian yaitu sebagai berikut :





  a) Kaki candi yang melambangkan alam bawahtempat manusia biasa
b) Badan candi yang melambangkan alam atara tempat manusia yang telah
meninggalkan keduniawiannya dan alam keadaan suci menemui dewanya
c) Atap candi yang melambangkan alam atas tempat bersemanyamnya para dewa.
      Berdasarkan cara pengelompokannya candi-candi di Indonesia dapat di bagi menjadi
tiga jenis, yaitu :                                                           
1) Jenis Jawa Tengah Utara yang bersifat Syiwa
2) Jenis Jawa Tengah Selatan yang bersifat Hindu Dan Budha
3) Jenis Jawa Timur temasuk candi-candi di Bali dan Sumatra yang bersifat pembauran antara Syiwa, Budha dan kepercayaan lokal.

            Beberapa candi seperti Candi borobudur dan prambanan dibangun amat megah, detil, kaya akan hiasan yang mewah, bercitarasa estetika yang luhur, dengan menggunakan teknologi arsitektur yang maju pada zamannya. Bangunan-bangunan ini hingga kini menjadi bukti betapa tingginya kebudayaan dan peradaban nenek moyang  bangsa Indonesia.
Candi di Indonesia


Candi borobudur merupakan monumen Buddha terbesar di dunia
            Di Indonesia, candi dapat ditemukan di pulau Jawa, Bali, Sumatea, dan Kalimantan, akan tetapi candi paling banyak ditemukan di kawasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kebanyakan orang Indonesia mengetahui adanya candi-candi di Indonesia yang termasyhur seperti Borobudur, Prambanan, dan Mendut.

            Kebanyakan candi-candi yang ditemukan di Indonesia tidak diketahui nama aslinya. Kesepakatan di dunia arkeologi adalah menamai candi itu berdasarkan nama desa tempat ditemukannya candi tersebut. Candi-candi yang sudah diketahui masyarakat sejak dulu, kadang kala juga disertai dengan legenda yang terkait dengannya. Ditambah lagi dengan temuan prasasti atau mungkin disebut dalam naskah kuno yang diduga merujuk kepada candi tersebut. Akibatnya nama candi dapat bermacam-macam, misalnya candi Prambanan, candi Rara Jonggrang, dan candi Siwagrha merujuk kepada kompleks candi yang sama. Prambanan adalah nama desa tempat candi itu berdiri.

Jenis dan Fungsi
Jenis berdasarkan agama




    Candi Jawi yang bersifat paduan Siwa-Buddha tempat pedharmaan raja Kertanegara.
   Berdasarkan latar belakang keagamaannya, candi dapat dibedakan menjadi candi Hindu, candi Buddha, paduan sinkretis Siwa-Buddha, atau bangunan yang tidak jelas sifat keagamaanya dan mungkin bukan bangunan keagamaan.

Candi Hindu, yaitu candi untuk memuliakan dewa-dewa Hindu seperti Siwa atau Wisnu, contoh: candi Prambanan, candi Gebang, kelompok candi Dieng, candi Gedong Songo, candi Panataran, dan candi Cangkuang.

Candi Buddha, candi yang berfungsi untuk pemuliaan Buddha atau keperluan bhiksu sanggha, contoh candi Borobudur, candi Sewu, candi Kalasan, candi Sari, candi Plaosan, candi Banyunibo, candi Sumberawan, candi Jabung, kelompok candi Muaro Jambi, candi Muara Takus, dan candi Biaro Bahal.

Candi Siwa-Buddha, candi sinkretis perpaduan Siwa dan Buddha, contoh: candi Jawi.

Candi non-religius, candi sekuler atau tidak jelas sifat atau tujuan keagamaan-nya, contoh: candi Ratu Boko, Candi Angin, gapura Bajang Ratu, candi Tikus, candi Wringin Lawang.
Jenis berdasarkan hirarki dan ukuran Dari ukuran, kerumitan, dan kemegahannya candi terbagi atas beberapa hirarki, dari candi terpenting yang biasanya sangat megah, hingga candi sederhana. Dari tingkat skala kepentingannya atau peruntukannya, candi terbagi menjadi:

Candi Kerajaan, yaitu candi yang digunakan oleh seluruh warga kerajaan, tempat digelarnya upacara-upacara keagamaan penting kerajaan. Candi kerajaan biasanya dibangun mewah, besar, dan luas. Contoh: Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Sewu, dan Candi Panataran.

Candi Wanua atau Watak, yaitu candi yang digunakan oleh masyarakat pada daerah atau desa tertentu pada suatu kerajaan. Candi ini biasanya kecil dan hanya bangunan tunggal yang tidak berkelompok. Contoh: candi yang berasal dari masa Majapahit, Candi Sanggrahan di Tulung Agung, Candi Gebang di Yogyakarta, dan Candi Pringapus.

Candi Pribadi, yaitu candi yang digunakan untuk mendharmakan seorang tokoh, dapat dikatakan memiliki fungsi mirip makam. Contoh: Candi Kidal (pendharmaan Anusapati, raja Singhasari), candi Jajaghu (Pendharmaan Wisnuwardhana, raja Singhasari), Candi Rimbi (pendharmaan Tribhuwana Wijayatunggadewi, ibu Hayam Wuruk), Candi Tegowangi (pendharmaan Bhre Matahun), dan Candi Surawana (pendharmaan Bhre Wengker).
Fungsi




Candi Jalatunda yang berfungsi sebagai petirtaan.
Candi dapat berfungsi sebagai:
Candi Pemujaan: candi Hindu yang paling umum, dibangun untuk memuja dewa, dewi, atau bodhisatwa tertentu, contoh: candi Prambanan, candi Canggal, candi Sambisari, dan candi Ijo yang menyimpan lingga dan dipersembahkan utamanya untuk Siwa, candi Kalasan dibangun untuk memuliakan Dewi Tara, sedangkan candi Sewu untuk memuja Manjusri.

Candi Stupa: didirikan sebagai lambang Budha atau menyimpan relik buddhis, atau sarana ziarah agama Buddha. Secara tradisional stupa digunakan untuk menyimpan relikui buddhis seperti abu jenazah, kerangka, potongan kuku, rambut, atau gigi yang dipercaya milik Buddha Gautama, atau bhiksu Buddha terkemuka, atau keluarga kerajaan penganut Buddha. Beberapa stupa lainnya dibangun sebagai sarana ziarah dan ritual, contoh: candi Borobudur, candi Sumberawan, dan candi Muara Takus

Candi Pedharmaan: sama dengan kategori candi pribadi, yakni candi yang dibangun untuk memuliakan arwah raja atau tokoh penting yang telah meninggal. Candi ini kadang berfungsi sebagai candi pemujaan juga karena arwah raja yang telah meninggal seringkali dianggap bersatu dengan dewa perwujudannya, contoh: candi Belahan tempat Airlangga dicandikan, arca perwujudannya adalah sebagai Wishnu menunggang Garuda. Candi Simping di Blitar, tempat Raden Wijaya didharmakan sebagai dewa Harihara.
Candi Pertapaan: didirikan di lereng-lereng gunung tempat bertapa, contoh: candi-candi di lereng Gunung Penanggungan, kelompok candi Dieng dan candi Gedong Songo, serta Candi Liyangan di lereng timur Gunung Sundoro, diduga selain berfungsi sebagai pemujaan, juga merupakan tempat pertapaan sekaligus situs permukiman.

Candi Wihara: didirikan untuk tempat para biksu atau pendeta tinggal dan bersemadi, candi seperti ini memiliki fungsi sebagai permukiman atau asrama, contoh: candi Sari dan Plaosan
Candi Gerbang: didirikan sebagai gapura atau pintu masuk, contoh: gerbang di kompleks Ratu Boko, Bajang Ratu, Wringin Lawang, dan candi Plumbangan.

Candi Petirtaan: didirikan didekat sumber air atau di tengah kolam dan fungsinya sebagai pemandian, contoh: Petirtaan Belahan, Jalatunda, dan candi Tikus Beberapa bangunan purbakala, seperti batur-batur landasan pendopo berumpak, tembok dan gerbang, dan bangunan lain yang sesungguhnya bukan merupakan candi, seringkali secara keliru disebut pula sebagai candi. Bangunan seperti ini banyak ditemukan di situs Trowulan, atau pun paseban atau pendopo di kompleks Ratu Boko yang bukan merupakan bangunan keagamaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Puisi perpisahan guru tercinta | Contoh Puisi Guru Tercinta Tentang Perpisahan

Puisi Perpisahan Guru Tercinta Selamat tinggal guru ku tercinta Setelah hari ini di sekolah ini kami tak lagi ada.. Setelah b...