Makalah lahirnya kerajaan safawi
KATA PENGANTAR
بِـسْمِ
اللهِ الّرَحْمَنِ الَّرَحِيْمِ
Alhamdulillah,
segala puji kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan kasih
sayang-Nya hingga makalah ini dapat selesai.
Solawat
beserta salam kehadirat junjungan alam baginda Rasulallah SAW, kemudian ucapan
terima kasih kepada ibu Innayatillah, M. Ag yang telah memberikan kesempatan
dan waktu untuk menyelesaikan makalah ini.
Terima
kasih kepada pembaca, yang telah membaca makalah sederhana ini. Dan besar
harapan segenap penulis makalah ini, agar pembaca sudi kiranya memberikan
kritikan dan saran yang dapat membangun untuk makalah ini kedepannya. Amin
Muara
Tebo, Nopember 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR..............................................
DAFTAR
ISI............................................................
BAB
I PENDAHULUAN.......................................
A.
Latar Belakang Masalah...................................
B.
Rumusan Masalah............................................
C.
Tujuan Penulisan..............................................
BAB
II PEMBAHASAN.........................................
A.
Sejarah Muncul dan Perkembangannya Kerajaan Safawi.....
1.
Proses Pembentukan Kerajaan Safawi...............
2. Perubahan dari system sosial- organis kesistem Religio-politik.................
3.
Berdirinya Kerajaan Safawi Secara Resmi.............
4.
Perkembangan Kerajaan Safawi................................
B.
Wujud dan Corak kemajuan Kerajaan Safawi....................
1.
Kemajuan di Bidang Politik......................................
2.
Kemajuan di Bidang Ekonomi........................................
3.
Kemajuan di Bidang Seni Arsitektur...............................
4.
Kemajuan di Bidang Filsafat dan Sains...........................
C.
Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi.....................
BAB
III PENUTUP..............................................................
Kesimpulan...................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA..................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dalam
setiap dekade kehidupan, waktu terus berputar bagai roda, bagian yang bawah
kadang keatas dan sebaliknya. Bagitu juga dengan perjalanan sejarah
kerajaan-kerajaan Islam.
Sepeninggalan
Rasulullah Islam sudah tersebar di seantero jazirah Arab, Islam terus melakukan
expansi di bawah kendali pada khalifah Ar-Rasyidin dan selanjutnya dilanjutkan
oleh rezim Umayyah kemudian rezim Abbasyiah, di akhir pemerintahan Abbasiyah
Islam semakin merosot selama beberapa abad.
Ditengah-tengah
keterpurukan isLam muncullah tiga kerajaan besar, kerajaan Turki Usmani (
Ottoman ) di Turki, kerajaan Safawiyah di Persia dan kerajaan Mughal di India.
Dalam makalah ini penulis akan mengangkat pembahasan tentang Kerajaan
Safawiyah, dari awal berdirinya hingga akhir pemerintahannya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana sejarah awal berdirinya kerajaan Safawi dan perkembangannya ?
2.
Bagaimana kemajuan kejaraan Safawi ?
3.
Dan bagaimana kemunduran kerajaan Safawi ?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk megetahui sejarah berdirinya Kerajaan Safawiyah.
2.
Mempelajari kemajuan yang dialami Kerajaan Safawi.
3.
Dan mempelajari kemunduran kerajaan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Lahirnya Kerajaan Safawi
1.
Proses Pembentukan Kerajaan Safawi
Kerajaan Safawi berdiri secara resmi di Persia pada 1501 M. Namun kerajaan ini
tidak berdiri sendiri. Peristiwa tersebut berkaitan dengan peristiwa-peristiwa
sebelumnya dalam rentang waktu yang cukup panjang. Yakni kurang lebih 2 abad,
waktu yang hampir sama dengan usia kerajaan Safawi. Cikal bakal Safawi tumbuh
lambat laun, tapi pasti menuju zaman yang penuh dengan muatan historis yang
sangat penting.
Secara
etimologis nama kerajaan “Safawi” berasal dari kata Safi yang diambil nama
seorang sufi bernama Safi Al-din Ishaq Al-Ardabili lahir pada tahun 1252 M
pendiri tarekat Safawiyah dan bukan dari kata sufi. 6 tahun sebelum Hulagu Khan
menghancurkan Baghdad, ia lahir di kota Ardabil sebuah kota paling Timur dari
Azerbaijan. Sejak kecil ia sudah menggemari amalan keagamaan dan kehidupan
sufistik.
“Pada
usia 25 tahun ia belajar pada seorang sufi bernama Zahid Tajuddin, di Jailan
dekat laut Kaspia. Kurang lebih selama 25 tahun, kemudian beliau diangkat
menjadi menantu, setelah gurunya wafat ia mengantikan kedudukan gurunya sebagai
guru tarekat, tarekat ini kemudian dikenal Tarekat Safawi yang berpusat di
Ardabil”.[1]
Adapun
mengenai asal usul keturunan Safi Al-din masih menjadi problematika
kontroversial. “Menurut keluarga Safawi Safi Al-din Ishaq Al-Ardabili adalah
keturunan dari Musa Al-Kazim imam ketujuh dari Syiah Imam yang dua belas. Oleh
karena itu, ia termasuk keturunan Rasulullah SAW dari garis puterinya Fatimah.
Namun menurut pendapat yang lain Safi Al-din adalah penduduk asli Iran dari
Kurdistan yang berbahasa Turki yang di pakai di wilayah Azerbaijan, ia dianggap
beraliran syiah tetapi juga sunni yang bermazhab Syafi’i sedangkan penggantinya
yang kedua Khawaja Ali merupakan penganut syiah moderat”.[2]
Sebelum
menjadi kerajaan, Safawi mengalami 2 fase pertumbuhan pertama fase dimana
safawi bergerak dibidang keagamaan (cultural) dan kedua sebagai gerakan politik
(struktural).
Pada
tahun 1301 - 1447 M gerakan Safawi masih murni gerakan keagamaan dengan tarekat
Safawiyah sebagai sarana, tarekat ini mempunyai pengikut yang sangat besar hal
ini terjadi karena pada saat itu, umat umumnya hidup dalam suasana apatis dan
pasrah melihat anarki politik yang berkecamuk. Hanya dengan kehidupan keagamaan
lewat sufisme, mereka mendapat persaudaraan tarekat, dan mereka merasa aman
dalam menjalin persaudaraan antar muslim.
Pada
fase pertama ini gerakan tarekat Safawi tidak mencampuri masalah politik
sehingga dia berjalan dengan aman dan lancar baik pada masa Ilkhan maupun pada
masa penjarahan Timur Lenk. Dan dalam fase ini gerakan Safawi mempunyai
dua corak, pertama bernuansa Sunni yaitu pada masa pimpinan Safiuddin Ishaq (
1301 - 1344) dan anaknya Sadruddin Musa (1344 - 1399), kedua berubah menjadi
Syiah pada masa Khawaja Ali (1399 - 1427). Perubahan ini terjadi karena ada
kemungkinan bertambahnya pengikut Safawi di kalangan syiah sehingga
kepemimpinannya berusaha menyusuaian diri dengan aliran manyoritas
pendukungnya.
2.
Perubahan dari Sistem Sosial-Organik ke Sistem Religio-Politik
Pada masa 1447 - 1501 M, gerakan Safawi memasuki fase kedua yaitu sebagai
gerakan politik. Kecenderungan memasuki dunia politik terwujud pada masa kepemimpinan
Juned (1447 - 1501 M). Juned mengubahnya menjadi gerakan politik
revolusioner dengan tarekat Safawi sebagai sarananya.
Gerakan
ini mulai terlibat dalam konflik politik antara dua kerajaan Turki yang
berkuasa saat itu. Kara Koyunlu ( Black Sheep) beraliran syiah berkuasa
dibagian Timur dan Ak Koyunlu (White sheep) beraliran Sunni berkuasa dibagian
Barat di bawah imperum Usmani. Tarekat Safawi memperluas tarekatnya dengan
menambahkan kegiatan politik pada kegiatan keagamaan. Perluasan ini menimbulkan
konflik dengan Jahansyah penguasa Kara Koyunlu pada tahun 1447 M Juned kalah
dan diasingkan dari Ardabil.
Juned
kemudian meminta suaka politik pada raja Ak Koyunlu sekaligus mengadakan
aliansi politik untuk bersama-bersama menghadapi Kara Koyonlu. Hal ini
dilakukannya untuk mendapatkan wilayah sebagai baris gerakan Safawi.
Perubahan
Safawi dari gerakan keagamaan menjadi gerakan politik cukup menarik, karena
sebagai tarekat sufi yang lebih bersifat Ukhrawi kemudian menjadi duniawi
(profan), faktor utama yang menyebabkan adanya perubahan tersebut ada pada
ajaran tarekat itu sendiri yaitu hubungan antara pemimpin tarekat dengan
pengikut-pengikutnya. Pemimpin tarekat yang disebut Mursyid mempunyai wakil di
daerah-daerah tertentu tempat pengikut-pengikutnya berada, anggota tarekat
harus tunduk secara mutlak kepada Mursyid dan wakilnya itu. Oleh karena itu,
ikatan antara pemimpin dengan pengikutnya sangat kuat sehingga semacam ada
hierarki spiritual. Dalam tarekat Safawi pemimpin yang meninggal dunia selalu digantikan
oleh anaknya seperti dalam kepemimpinan dinasti, ini menjadi modal dasar yang
mendorong perubahan tersebut jika pemimpin seperti Juned memiliki ambisi
politik para pengikutnya dapat disulap menjadi tentara yang fanatik dan
mendukung ambisi politik pemimpinnya.[3]
Selama
dalam suaka Ak Koyunlu baik Juned maupun Haidar bin Juned telah melakukan
kegiatan politik seperti Juned menikahi saudara Uzun Hasan (Raja Ak Kayunlu).
“Aliansi politik ini diperkuat lagi dengan pernikahan Haidar bin Juned dengan Putri
Uzun Hasan sendiri, dari istrinya sendiri Despin Katrina, puteri Kaloo
Juhannis, seorang raja Kristen dipantai Timur Laut Hitam”.[4] Tapi menurut buku
Munawiyah, dkk, Sejarah Peradaban Islam, dikatakan bahwa Haidar menikah dengan
cucu Uzun Hasan bukan dengan putri Uzun Hasan sendiri, dari perkawinan Haidar
lahir Ali, Ismail dan Ibrahim, Ismail-lah yang kemudian hari menjadi pendiri
Kerajaan Safawi dan menetapkan syiah sebagai mazhab negara.
Pada
tahun 1459 M Juned berusaha menyerang Ardabil tetapi gagal kemudian pada tahun
1460 M, ia mencoba merebut Sircassia dan juga daerah Utara yang didiami orang
Kristen Georgia tetapi pasukan yang di pimpinnya di hadang oleh tentara Sirwan
dan ia terbunuh dalam pertumpuran tersebut.
Haidar
pun mengikuti jejak ayahnya ia membantu Ak Koyunlu menyerang Kara Koyunlu
setelah Ak Koyunlu menumbangkan Kara koyunlu pada tahun 1467 M, aliansi Safawi
dengan Ak Koyunlu menjadi guncang. Ak Koyunlu menganggap Safawi sebagai lawan
politik yang dapat membahayakan Ak Koyunlu.
Ketika
Haidar mencoba merebut Sisilia ( Sirkasia ) daerah-daerah Kristen di Utara dan
Sirwan, Ak Koyunlu mengirimkan bantuan militer kepada Sirwan. Pasukan Haidar
kalah ia pun terbunuh. “Kecenderungan Haidar menyerang
daerah-daerah Kristen di Utara di mungkinkan untuk memperoleh daerah
pijakan yang akan memperkuat basis politik yang independen karena selama ini
Safawi hanya merupakan dinasti politik spiritual tanpa tanah air”. [5]
“Meskipun
Haidar belum mewujudkan cita-cita gerakan Safawi namun ia sempat memberikan
atribut kepada pendukung-pendukungnya berupa serban merah yang berumbai 12,
sehingga mereka terkenal dengan sebutan Qizilbas (kepala merah). Rumbai 12 yang
menjadi lambang Syiah isna ‘asyar (12 imam) mempunyai pengaruh yang besar dalam
menanamkan fanatisme dan militansi para pengikut syiah”.[6]
3.
Berdirinya Kerajaan Safawi Secara Resmi
Setelah kematian
Haidar, Ali menggantikan ayahnya, ia didesak bala tentara untuk menuntut balas
atas kematian ayahnya, tapi Ali di tangkap oleh Ya’kub (Raja Ak Koyunlu), lalu
dibuang ke Fars bersama ibu dan dua orang saudaranya Ibrahim dan Ismail selama
4 tahun setengah (1589 – 1593 M).
Situasi itu mendorong pengikut-pengikut Safawi di Persia, Armenia, Anatolia dan
Syiria mengonsolidasikan kekuatan sendiri, hingga Ali di lepaskan. Tetapi
ketika penguasa Ak koyunlu di pegang oleh Rustam, Ali di tangkap dan dibuang ke
Ray sampai akhirnya dibunuh. Sebelum meninggal Ali sempat mengangkat adik
bungsunya Ismail bin Haidar yang waktu itu berusia tujuh tahun untuk menjadi
pemimpin Safawi.
Dalam waktu lima tahun, Ismail berhasil menghimpun kekuatan yang cukup besar
dan bermarkas di Gilan. Pada tahun 1501 M, pecah pertempuran antara Ak koyunlu
dengan Safawi di Sahrur dekat Nakhiwan dengan kemenangan di pihak Safawi.
Ismail memasuki kota Tabris dengan penuh kebanggaan dan memproklamasikan
berdirinya Kerjaan Safawi. Ia sendiri menjadi raja pertamanya dan menjadikan
Syi’ah sebagai ideologi negara.
4.
Perkembangan Kerajaan Safawi
Ismail memerintah selama 23 tahun (1501 – 1524). Selama
sepuluh tahun pertama pemerintahannya, Ismail berhasil memperluas wilayah
pemerintahan sampai mencakup seluruh wilayah Persia dan sebelah Timur Fertile
Creshen. Pada tahun 1502 M, Ismail telah menduduki Sirwan, Azerbaijan dan Irak.
Pada 1503 M, ia menghancurkan sisa-sisa tentara Ak Koyunlu di Hamadzan. Pada
tahun 1504 Ismail menduduki Provinsi Kaspia dari Mazandaran dan Curgan. Diyar
Bakr ditaklukkan pada tahun 1505 M, dan Baghdad jatuh ketangannya pada
tahun 1508 M. Pada tahun 1510 M ia menguasai Khurasan setelah terlibat
dalam pertempuran dengan Syaibani Khan, raja Uzbek. Kemenangan beruntun itu
merupakan sukses mewujudkan kerajaan Safawi yang membentang dari Heart
(Harat) di Timur sampai Diyar Bark di Barat.
Bahkan tidak sampai di situ saja, ambisi politik mendorongnya untuk terus
mengembangkan wilayah kekuasaan ke daerah-daerah lainnya seperti Turki Usmani.
Ismail Berusaha merebut dan mengadakan expansi ke wilayah kerajaan Usmani (1514
M) tapi dalam peperangan ini Ismail mengalami kekalahan, Turki di bawah
pimpinan Sultan Salim dapat menduduki Tabris. Kerajaan Safawi terselamatkan
dengan pulangnya Sultan Usmani ke Turki, karena terjadi perpecahan di kalangan
militer Turki di negerinya “ kekalahan ini membuat Ismail I berubah, ia lebih
sering menyendiri, menempuh kehidupan hura-hura dan berburu. Keadaan ini
berdampak negatif pada Kerajaan Safawi, hingga akhirnya terjadi persaingan
dalam merebut pengaruh untuk dapat memimpin, antara pimpinan suku-suku Turki,
pejabat, keturunan Persia dan Qizilbash”.[7] “Penyebab utama terjadi peperangan
antara Safawi dan Usmani menurut Syalabi adalah pemaksaan faham Syi’ah terhadap
mayoritas faham Sunni, dan lebih kejam Ismail I telah membunuh ulama Sunni di
daerah Irak. Sehingga turki merasa terpanggil dengan kebiadaban Syi’ah”.[8]
Sepeninggal Ismail I, permusuhan dengan Kerajaan Usmani terus berlanjut,
terjadi beberapa perang antara keduanya yaitu pada masa Tahmasp 1 (1524-1576),
Isamail II (1576-1577) dan Muhammad Khudabanda (1577-1587) pada masa tiga Raja
Safawi mengalami kelemahan, karena sering berperang dengan kerajaan Usmani yang
lebih kuat, dan juga sering terjadi pertentangan antara kelompok dari dalam
kerajaan Safawi sendiri.
Kerajaan Safawi bertahan lebih 2 abad dengan pemimpin sebagai berikut:
1)
Ismail I (1501-1524 M)
2)
Tahmasap I (1524-1576 M)
3)
Ismail II (1576-1577 M)
4)
Muhammad Khudabanda ( 1577-1587 M)
5)
Abbas I ( 1587-1628 M)
6)
Safi Mirza (1628-1642 M)
7)
Abbas II (1642-1667 M)
8)
Sulaiman (1667-1694 M)
9)
Husein I (1694-1722 M)
10)
Tahmasap II (1722-1732 M)
11)
Abbas III (1732-1736 M)
B.
Wujud dan Corak Kemajuan Kerajaan Safawi
1. Kemajuan di Bidang Politik
Masa kemajuan Kerajaan Safawi tidak langsung terjadi pada
masa Ismail, Raja pertama (1501-1524 M) kejayaan Safawi yang gemilang baru di
capai pada masa Syah Abbas yang Agung (1587-1628 M) Raja yang kelima. Walaupun begitu,
peran Ismail sebagai pendiri Safawi sangat besar sebagai peletak pondasi bagi
kemajuan Safawi di kemudian hari. Dia telah memberikan corak yang khas bagi
Safawi dengan menetapkan Syiah sebagai mazhab negara. Syah Ismail juga telah
memberikan dua karya besar bagi negaranya, yaitu perluasan wilayah dan
penyusunan struktur pemerintahan yang unik pada masanya.
Seperti di katakan sebelumnya Safawi jaya pada masa Abbas I (1587-1628).
Syah Abbas yang Agung naik tahta pada usia 17 tahun. Ketika Abbas
memerintah kerajaan Safawi berada dalam keadaan tidak stabil. Syah Abbas
menempuh beberapa langkah untuk memperbaiki situasi tersebut, antara lain:
a)
Menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash atas kerajaan Safawi dengan membentuk
pasukan baru yang terdiri dari bekas tawanan perang bekas orang-orang Kristen
di Georgia dan Circhasia yang sudah mulai di bawa ke Persia sejak Syah Tahmasap
I (1524-1576) di beri nama “ Ghulam”.
b)
“Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani dengan cara berjanji
menyerahkan wilayah Azerbaizan, Georgia dan sebagian wilayah Luristan, dan
tidak akan menghina tiga khalifah pertama dalam Islam (Abu Bakar, Umar, Usman)
dalam khutbah jum’atnya”[9].
Secara politik Syah Abbas I sangat maju, karena ia mampu mewujudkan integritas
wilayah negara yang luas yang di kawal oleh suatu angkatan bersenjata yang
tangguh. Angkatan bersenjata yang di sebut “ghulam”, dalam proses
pembentukannya di katakan bahwa Syah Abbas I mendapat dukungan dari dua orang
Inggris yaitu Sir Antoni Sherly dan saudaranya Sir Rodet Sherly. Mereka
mengajari tentara Safawi untuk membuat meriam sebagai pelengkapan negara yang
modern. Kedatangan kedua orang Inggris itu oleh sebagian sejarawan di pandang
sebagai upaya strategi Inggris untuk melemahkan pengaruh Turki Usmani di Eropa
yang menjadi musuh besar Inggris saat itu. Bagaimanapun dengan bantuan dua
orang Inggris itu Syah Abbas memiliki tentara dapat diandalkan. Hal ini
terbukti sekitar 3.000 Ghulam di jadikan “Cakrabirawa” oleh Syah sendiri.
Kemajuan lain di bidang politik yang di tunjukkan Syah Abbas, yaitu
keberhasilannya merebut kembali daerah-daerah yang pernah di rebut Turki
Usmani.
2. Kemajuan di bidang Ekonomi
Dengan angkatan perang “ghulam” Syah Abbas mampu melakukan
expansi pada tahun 1598 M Abbas I menguasai Heart (Harat), Marw dan Balkh.
Kemudian pada tahun 1622 M berhasil menguasai Kepulauan Hurmuz, dan pelabuhan
Gumrun.
Perkembangan pesat di sektor perdagangan terjadi setelah Abbas I menguasai
kepulauan Hurmuz dan mengubah Pelabuhan Gumrun menjadi Bandar Abbas. Hal ini di
karenakan Bandar ini merupakan salah satu jalur dagang antara Barat dan Timur.
Dengan ini, Safawi telah memegang kunci perdagangan Internasional, khususnya di
teluk Persia yang ramai, di Utara Safawi menjalin Hubungan perdagangan dengan
Rusia. Perdagangan di darat dari sentral Asia melalui kota-kota penting di
Safawi seperti Harat, Merf, Nighafur, Tabriz, dan Baghdad. Di bidang pertanian,
Safawiyah mengalami kemajuan karena daerah Bulan Sabit yang subur (Fertile
Creshen).
3. Kemajuan di Bidang Seni Arsitektur
Ibu kota Safawi adalah kota yang sangat indah. Pembangunan
besar-besaran dilakukan Syah Abbas terhadap Ibu kotanya Isfahan.pada saat Syah
Abbas I meninggal, terdapat 162 buah Masjid, 48 buah Perguruan tinggi, 1082
Losmen yang luas untuk penginapan tamu syah dan 237 unit pemandian umum.
“Bangunan yang paling terkenal adalah Mesjid Luthfullah yang di bangun pada
1603 M dan selesai 1618 M, merupakan sebuah Oratorium yang di sediakan sebagai
tempat peribadatan pribadi Syah. Pada sisi bagian selatan terdapat mesjid
kerajaan yang mulai di bangun pada 1611 M dan selesai pada 1629 M pada sisi
bagian Barat berdiri Istina Ali Qapu yang merupakan gedung pusat pemerintahan.
Pada sisi bagian Utara berdiri bangunan monumental yang menjadi simbol bagi
gerbang menuju bazar kerajaan dan sejumlah pertokoan, tempat pemandian,
Caravansaries, mesjid dan perguruan”[10]. Syah Abbas juga membangun Istana yang
megah yang di sebut Chihil Sutun atau Istana empat puluh tiang,sebuah jembatan
besar di atas sungai Zende Rud dan Taman Bunga Empat Penjuru.
4. kemajuan di bidang Filsafat dan Sains
Pada Kerajaan Safawi Filsafat dan Sains bangkit kembali di
dunia islam, dan khususnya di kalangan orang Persia yang berminat tinggi pada
perkembangan kebudayaan. Perkembangan ini erat kaitannya dengan Aliran Syiah
yang di tetapkan Safawi sebagai ideologi resmi Negara.
Dalam Syiah terdapat dua golongan, yakni Akbari dan Ushuli. Mereka berbeda
dalam memahami ajaran agama. Akbari cenderung berpegang teguh kepada hasil
ijtihat para mujtahit syiah yang sudah mapan. Sedangkan ushu;li mengambil
langsung vdari Al-qur’an dan Hadits, tanpa terikat kepada para mujtahid.
Golongan Ushuli inilah yang paling berperan pada masa Syafawi. Dibidang teologi
mereka mendapat dukungannya dalam mazhab Muktazilah pertemuan kedua
elemen kelompok inilah yang berperan pada terwujudnya perkembangan baru
dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan di dunia Islam yang kemudian
melahirkan beberapa filosuf dan Ilmuan.
Ada dua aliran filsafat yang berkembang pada masa Safawi yaitu “aliran filsafat
perifatetik” seperti yang bdikemukakan oleh Aristoteles dan Al-farabi, dan
“aliran filsafat israqi” yang di bawa oleh Suhrawardi pada abad XII.
Beberapa tokoh filsafat yang muncul pada masa Safawi antara lain Mir Damad
alias Muhammad Baqir Damad 1631 M yang dianggap sebagai guru ketiga setelah
Aristoteles dan Al-farabi, dan Mulla Shadra atau Shadr Al-din Al-Syirazi.
“Menurut amir Ali ia adalah seorang dialektikus yang paling cakap di
zamannya”,[11] dan Baha Al-Syerazi seorang generalis Ilmu Pengetahuan.
“Dalam pengembangan ilmu pengetahuan Syah Abbas sendiri ikut aktif dalam
penelitian ilmu-ilmu tersebut, Kota Qumm pada saat itu menjadi pusat
pengenbangan kebudayaan dan penyelidikan mazhab Syiah terbesar”[12].
C.
Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi
Sepeninggal Abbas I, kerajaan Safawi berturut-turut dipimpin oleh enam raja,
yaitu Safi Mirja (1628 - 1642 M), Abbas II (1642 – 1667 M), Sulaiman (1667 –
1694 M), Husein (1694 – 1722 M), Tahmasap II (1722 – 1732 M) dan Abbas III
(1733 – 1736 M). Pada masa raja-raja tersebut kondisi kerajaan Safawi tidak
menunjukkkan grafik naik dan berkembang, tapi justru memperlihatkan yang
akhirnya membawa kepada kehancuran. Raja Safi Mirza (cucu Abbas I) juga menjadi
penyebab kemunduran Safawi karena dia seorang raja yang lemah dan sangat kejam
terhadap pembesar-pembesar kerajaan. Di lain sisi dia juga seorang pencemburu
yang akhirnya mengakibatkan mundurnya kemajuan-kemajuan yang diperoleh
pemerintahan sebelumnya (Abbas I).
Kota Qandahar lepas dari kekuasaan Safawi, diduduki oleh kerajaan Mughal yang
ketika itu diperintah oleh Syah Jehan, sementara Baghdad direbut oleh kerajaan
Turki Usmani. Syah Abbas II adalah raja yang suka minum-minuman keras hingga ia
jatuh sakit dan meninggal. Sebagaimana Abbas II, Sulaiman juga seorang pemabuk.
Ia bertindak kejam terhadap para pembesar yang dicurigainya. Akibatnya rakyat
bersikap masa bodoh terhadap pemerintahan. Ia diganti oleh Syah Husein yang
alim. Ia memberi kekuasaan yang besar kepada para ulama Syi’ah yang sering
memaksakan pendapat penganut aliran Sunni. Sikap ini membangkitkan kemarahan
golongan sunni Afghanistan,. Pemberontakan bangsa Afgan tersebut terjadi
pertama kali pada tahun 1709 M di bawah pimpinan Mir Vais yang berhasil merebut
wilayah Qandahar. Pemberontakan lainnya terjadi di Heart, suku Ardabil
Afghanistan berhasil merebut masyad. Mir Vais di gantikan oleh Mir Mahmud dan
ia dapat mempersatukan pasukannya dengan pasukan Ardabil, sehingga ia mampu
merebut Afghan dari kekuasaan Safawi. Karena desakan dan ancaman dari Mir
Mahmud, Syah Husein akhirnya mengakui kekuasaan Mir Mahmud dan mengangkatnya
menjadi gubernur di Qandahar dengan gelar Husein Quli Khan (budak
Husein).dengan pengakuan ini, Mir Mahmud makin leluasa bergerak sehingga tahun
1721 M, ia merebut Qirman dan tak lama kemudian ia menyerang Isfahan dan
memaksa Syah Husein menyerah tanpa syarat. Pada tahun 1722 M Syah Husein
menyerah dan Mir Mahmud memasuki kota Isfahan dengan penuh kemenangan.
Salah seorang putra Husein yang bernama Tahmasap
II, mendapat dukungan penuh dari suku Qazar dari Rusia, memproklamasikan
dirinya sebagai raja yang sah atas Persia dengan pusat kekuasaan di kota
Astarabat. Tahun 1726 M, Tahmasap II bekerjasama dengan Nadir Khan dari suku
Afshar untuk memerangi dan mengusir bangsa Afghan yang menduduki Isfahan.
Asyraf, pengganti Mir Mahmud, yang berkuasa di Isfahan digempur dan dikalahkan
oleh pasukan Nadir Khan tahun 1729 M. Asyraf sendiri terbunuh dalam peperangan
itu dengan demikian Kerajaan Safawi kembali berkuasa. Namun pada tahun 1732 M,
Tahmasap II di pecat oleh Nadir Khan dan di gantikan oleh Abbas III (anak
Tahmasap II) yang ketika itu masih sangat kecil. Empat tahun setelah itu 1736
M, Nadir Khan mengangkat dirinya sebagai raja menggantikan Abbas III, dengan
demikian berakhirlah kekuasaan Kerajan Safawi di Persia.
Adapun sebab-sebab kemunduran dan kehancuran Kerajaan Safawi yaitu:
1.
Adanya konflik yang berkepanjangan dengan Kerajaan Usmani berdirinya Kerajaan
Safawi yang bermazhab Syiah merupakan sebuah Ancaman Bagi Kerajaan Usmani
sehingga tidak pernah ada perdamaian antara kedua kerajaan besar ini.
2.
Terjadinya dekandensi moral yang melanda sebagian pemimpin kerajaan Safawi,
yang juga ikut mempercepat proses kehancuran kerajaan ini. Kerajaan Sulaiman
pecandu narkotik dan menyenangi kehidupan malam selama tujuh tahun tidak pernah
sekalipun menempatkan diri menangani pemerintahan, begitu pula dengan Syah
Husein.
3.
Pasukan Ghulam yang di bentuk Abbas I ternyata tidak memiliki semangat
perjuangan yang tinggi seperti QizilBash. Hal ini di karenakan mereka tidak
memiliki ketahanan mental kerena tidak di persiapkan secara terlatih dan tidak
memiliki bekal rohani. Kemorosotan aspek kemiliteran ini sangat besar
pengaruhnya terhadap lenyapnya ketahanan dan pertahanan kerajaan Safawi.
4.
Sering terjadinya konflik internal dalam bentuk perebutan kekuasaan di kalangan
keluarga Islam.
5.
“ulama mulai meragukan otoritas Syah yang berlangsung secara turun temurun,
sebagai penanggung jawab pertama atas ajaran Islam syiah”.[13]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1)
Kerajaan Safari berasal dari sebuah Tarekat Sufi. Nama Safawi di ambil dari
nama pendiri tarekat tersebut Safi Al-din Ishak Al-Ardabily.
2)
Kemajuan kerajaan Safawi terjadi pada masa pemerintahan Syah Abbas I, ia
berhasil memperbaiki system politik dan perekonomian kerajaan sehingga banyak
gedung-gedung yang di bangun pada masa pemerintahan. Gedung yang di bangun oleh
Abbas I antara lain 162 unit Mesjid, 48 unit perguruan tinggi, 1082 unit Losmen
untuk tamu syah, 237 unit pemandian umum. Bangunan yang palin terkenal adalah
Mesjid Lutfullah, Istana Chihil Sutun, jemabatan besar di atas sungai Zende Rud
dan Taman Bunga Empat Penjuru.
3)
Kemunduran Safawi terjadi karena setelah Abbas I tidak ada lagi pemimpin Safawi
yang secakap Abbas I dalam hal kepemimpinan. Dan terjadi konflik internal di
dalam Kerajaan Safawi sendiri, di tambah lagi konflik dengan Turki Usmani.
DAFTAR PUSTAKA
Munawiyah, dkk. Sejarah Peradaban Islam,
Banda Aceh : PSW IAIN Ar-Raniry Banda Aceh, 2009.
Ira. M. Lapidus. Sejarah Sosial Ummat
Islam Bagian 1 dan 2, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000.
Kafrawi Ridwan (Ed). Ensiklopedi Islam
jil.4. Jakarta PT. Ichtiarfanhoev, 1998.
Cyril Glase; penerjemah Ghufron. A.
Mas’adi, Ensiklopedi Islam (ringkas Edisi 1). Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002.
Ajid Tohir, Perkembangan Peradaban Di
Kawasan Islam: Melacak Akar-Akar Sejarah Sosial, Politik dan Budaya umat Islam
Ed 1-2, Jakarta: Rajawali Pers, 200.
Musyrifa Sunanto, Sejarah Islam Klasik:
Perkembangan ILmu Pengetahuan Islam, Jakarta: Kencana, 2007.
Hamka, Sejarah Umat Islam (Ed.Baru),
Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd, 2005.
Suwito dan Fauzan, Sejarah Sosial
Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2005.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar