MAKALAH METODE PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA DINI

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT Rabb
seluruh alam, yang telah menciptakan manusia dengan sempurna. Memberikan nikmat
terbesar iman dan islam yang tertancap mantap dilubuk hati kita. Sholawat dan
salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta
keluarganya, sahabatnya, tabi’innya, dan seluruh umatnya yang istiqomah
mengikuti tuntunan dan teladan sampai akhir zaman. Atas berkat rahmat Allah
SWT, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul
“Perkembangan sosial emosional di Taman Kanak-Kanak”. Kami menyadari bahwa
dalam penyusunan ini, masih banyak terdapat kekeliruan, seperti pepatah yang
mengatakan tak ada gading yang tak retak, kami akan sangat berlapang dada dan
besar hati menerima saran dan kritik yang bersifat membangun, bermanfaat bagi
kelanjutan pembuatan makalah yang selanjutnya.
Tebo, Oktober 2018
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................
Daftar isi.........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang ..................................................................................
B. Rumusan
Masalah .............................................................................
BAB
II PEMBAHASAN
1.
Faktor – faktor yang Memengaruhi Temperamen..............................
2. Kebutuhan
psikologi anak .................................................................
3. Inteverensi
dini dalam mengembangkan emosi dini..........................
4. Hal-hal
yamg perlu dilakukan orang dewasa dalam
mendampingi dan mendorong emosi
anak.........................................
5. Inteverensi
dini dalam mengembangkan emosi dini..........................
6. Hal-hal
yamg perlu dilakukan orang dewasa dalam
mendampingi dan mendorong emosi
anak.........................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
........................................................................................
B. Saran...................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA...................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Anak dilahirkan dengan potensi mampu berkembang secara baik, tetapi mereka
tidak mungkin sepenuhnya melakukan secara sendiri. Anak-anak dalam pengembangan
dirinya, termasuk pada aspek sosial emosional membutuhkan bantuan dan program
yang sesuai dengan kebutuhannya. Tindakan-tindakan untuk mencerdaskan dimensi
perkembangannya perlu ditangani secara serius. Dengan demikian, diharapkan anak
menjadi generasi yang mampu mengisi kehidupannya secara cerdas dan sesuai
harapan masyarakat.
Namun
tentunya tiap anak tidak sama persis pencapaiannya, ada yang benar-benar cepat
berkembang ada pula yang membutuhkan waktu agak lama.Tidak semua anak usia dini
mengalami perkembangan secara normal,banyak kendala/permasalahan di dalam
perkembangannya yang di sebabkan oleh beberapa faktor.
B.
Rumusan masalah
1.
Faktor – faktor yang Memengaruhi Temperamen
2. Kebutuhan
psikologi anak
3. Inteverensi
dini dalam mengembangkan emosi dini
4. Hal-hal
yamg perlu dilakukan orang dewasa dalam mendampingi dan mendorong emosi anak.
5. Inteverensi
dini dalam mengembangkan emosi dini
6. Hal-hal
yamg perlu dilakukan orang dewasa dalam mendampingi dan mendorong emosi anak.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Faktor
Yang Memengaruhi Perkembangan Emosional Anak
Secara garis besarnya terdapat dua
faktor yang memengaruhi proses perkembangan yang optimal bagi seorang anak,
yaitu faktor internal (dalam) dan eksternal (luar). Faktor internal ialah
faktor-faktor yang yang terdapat dalam diri anak itu sendiri, baik yang berupa
bawaan maupun yang diperoleh dari pengalaman anak. faktor internal ini
meliputi: (a) hal-hal yang diturunkan dari dari orang tua; (b) unsur berpikir
dan kemamouan intelektual: (c) keadaan kelenjar zat-zat dalam tubuh (unsur
hormonal); dan (d) emosi dan sifat-sifat (temperamen) tertentu.
Adapun
faktor eksternal atau faktor luar ialah faktor-faktor yang diperoleh anak dari
luar dirinya, seperti faktor keluarga, faktor gizi, budaya, dan teman bermain
atau teman sekolah. Kelurga sangat berpengaruh dalam membentuk kepribadian anak
sikap dan kebiasaan keluarga dakam mengasuh anak mendidik anak, hubungan orang
tuadengan anak, dan hubungan antara anggota keluarga. Keluarga yang proses
pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal. Seperti hubungan keluarga
antara bapak dan ibu yang tidak harmonis, sering bertengkar di depan
anak,perlakuan kasarterhadap anak, terlalu ketat dan mengekang kebebasan anak,
kesemuanya akan sangat memengaruhi perkembangan kepribadian anak.
2.
Tipe
anak yang terpengaruh pengembangan emosinya
Ada
5 ciri yang menggambarkan anak yang mengalami gangguan perilaku, antara lain:
1. Tidak
mampu belajar yang bukan disebabkan oleh faktor kesehatan seperti cacat indera
atau fisik lainnya. Anak ini, pada dasar fisiknya baik-baik saja, yang
menghambat adalah keadaan psikologisnya
2. Tidak
bisa menjalin hubungan atau pertemanan dengan teman sebaya, bahkan orangtua dan
gurunya di sekolah. Karena perilakunya yang labil, emosional, dan berubah-ubah,
anak menjadi individualis karena lingkungannya tidak bisa menerima keadaan anak
tersebut.
3. Perasannya
suka tidak normal, berubah-ubah tidak jelas tanpa sebab nyata dan pasti.
4. Mood
mudah terganggu atau terdistraksi, kadang marah, depresi, kecewa. Intinya
emosionalnya labil.
5. Cenderung
takut sendiri karena masalah pribadi dan di sekolah, maka akan mengeluarkan
emosi dan perilaku seperti, menangis dan mengamuk. Jika ditanyakan alasannya,
akan menyinggung perihal masalah pribadi dan hal di sekolahnya.
3. Faktor – faktor yang Memengaruhi Temperamen
Secara umum, temperamen sangat dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu faktor hereditas (keturunan) dan faktor lingkungan (environmental)
(Papalia, et. al., 2004; Turner & Helms, 1995 dikutip dalam Gunarsa, 2007)
Faktor herediter. Ialah
kondisi temperamen yang telah dibawa sejak kelahiran anak yang bersangkutan dan
ini bersifat stabil, permanent atau menetap.
Faktor
lingkungan. Ialah sejauhmana lingkungan amat mempengaruhi kondisi
temperamen individu, misalnya: perlakuan/pemeliharaan anak dari orangtua.
4.
Kebutuhan
psikologi anak
1.Dunia
Anak Adalah Dunia Bermain
Banyak orang tua yang mengeluh mengapa anaknya malas
atau tidak mau belajar tapi hanya senang bermain saja. Bila orang tua memahami
bahwa dunia anak adalah dunia bermain, sebagai suatu ketentuan (kodrat), maka
sebaiknya orang tua memberikan keleluasaan anak untuk bermain dan memanfaatkan
waktu bermain tersebut sebagai proses pembelajaran.
Dunia bermain bagi anak adalah penuh
spontanitas dan menyenangkan. sesuatu akan dilakukan oleh anak dengan penuh
semangat apabila terkait dengan suasana yang menyenangkan. Termasuk juga belajar
melalui bermain, seorang anak akan rajin belajar bila suasana terasa
menyenangkan, dengan bermain sambil belajar anak akan mendapatkan banyak
pengetahuan, keterampilan, pemahaman. Namun sebaliknya kegiatan belajar tidak
dengan menyenangkan dan suasana bermain, maka anak akan membenci dan
menjauhinya.
Belajar membutuhkan konsentrasi, dan
saat bermain anak dalam konsentrasi yang tinggi, lupa akan sekitarnya, lupa
makan, lupa istirahat. Seandainya orang tua mampu memanfaatkan kegiatan bermain
sebagai kegiatan pembelajaran, maka akan banyak yang didapatkan anak guna
pengembangkan aspek kecerdasannya.
2.Anak
Suka Meniru
Orang tua terkadang marah bila melihat
anaknya yang sedang kesal melempar benda-benda atau berteriak-teriak, juga saat
anak berkata-kata buruk.
Padahal apa yang dilakukan oleh anak adalah hasil dari
mereka meniru lingkungan sekitarnya, karena anak adalah peniru yang handal.
Anak-anak pada dasarnya senang meniru, karena salah satu
proses pembentukan tingkah laku mereka adalah diperoleh dengan cara meniru.
Anak-anak
yang gemar membaca umumnya adalah anak-anak yang mempunyai lingkungan dimana
orang-orang di sekelilingnya adalah juga gemar membaca. Mereka meniru ibu,
ayah, kakak atau orang-orang lain di sekelilingnya yang mempunyai kebiasaan membaca
dengan baik tersebut.
yang
nyata akan hal-hal yang baik, seperti selalu tersenyum, senang bernyanyi,
menghargai orang lain termasuk prilaku bersemangat dalam mempelajari hal-hal
baru.
3.Anak Bukanlah Orang Dewasa Mini
Kegelisahan
yang sering muncul dari orang tua atas prilaku anaknya, seperti kesal karena
tidak menurut dan susah diatur atau merasa tidak mengerti persaan orangtuanya.
Maka kalau ini yang terjadi, orangtua masih menganggap anaknya adalah orang
dewasa mini yang harus bisa mengikuti apa yang diinginkannya.
Padahal anak adalah anak-anak dengan
segala kekhasannya, kelucuannya, keluguan,
ketidaktahuan, keunikan dan lainnya.
Tidak
seperti orang dewasa yang sudah mempunyai logika berpikir. saat anak harus
dibandingkin dengan dewasa sudah barang tentu anak akan banyak kekurangannya.
Untuk
itu, dalam menghadapi mereka dibutuhkan adanya kesabaran, pengertian serta
toleransi yang mendalam mengharapkan mereka bisa mengerti sesuatu dengan cepat
dengan membayangkan
bahwa mereka adalah orang-orang dewasa
seperti kita, tentu bukan merupakan sikap yang bijaksana.
5.
Inteverensi
dini dalam mengembangkan emosi dini
Perkembangan Anak Usia Dini
Jika
kegiatan deteksi, memiliki kemiripan dengan langkah-langkah diagnosis, maka langkah-langkah
diagnosis yang disajikan dalam Buku Akta Mengajar V (1984/1985) dapat pula
digunakan, yaitu :
(1) identifikasi,
(2) lokalisasi letak kesulitan belajar,
(3) lokalisasi penyebab kesulitan,
(4) memperkirakan kemungkinan bantuan,
(5) menentukan kemungkinan cara
mengatasi kesulitan,
(6) tidak lanjut.
Atau
sejalan dengan prosedur pelayanan bimbingan dan konseling yang dikemukakan Abin
Syamsudin, (2007:284) yang meliputi kegiatan
(1) identifikasi kasus
(2) Identifikasi masalah
(3) analisis masalah (diagnosis),
(4) estimasi dan identifikasi
alternative masalah (prognosis),
(5) tindakan pemecahan masalah
(6) evaluasi hasil pemecahan masalah dan
tidak lanjutannya.
Langkah-kangkah
tersebut dapat digunakan jika perangkat pendukung untuk melakukannya sudah
tersedia, seperti instrumen deteksi dan program deteksi dan intervensinya itu
sendiri. Berkenaan dengan instrumen, pendidik dapat mengembangkannya dari
karakteristik yang telah teridentifikasi, sesuai dengan jenis permasalahan yang
akan dideteksinya. Sangat dianjurkan, karakteristik yang ada dikembangkan
secara lebih rinci, sehingga prilaku yang akan diobservasi lebih terukur, agar
memudahkan dalam melakukan analisisnya.
6.
Hal-hal
yamg perlu dilakukan orang dewasa dalam mendampingi dan mendorong emosi anak.
Setiap
anak mempunyai suatu keunikan, dan keunikan setiap anak berbeda-beda. Ada anak
yang bersifat pendiam, pemarah, sabar, dan sebagainya. Begitu pun dalam
mengelola emosi, perilaku anak jelas berbeda-beda. Pengendalian emosi yang
bermacam-macam itu terbentuk berdasarkan bagaimana cara orang tua membimbing
anaknya dalam mengungkapkan perasaan emosinya. Anak yang mengendalikan emosinya
dengan baik, pada umumnya akan diterima oleh lingkungannya dengan baik pula.
Pengendalian
Emosi
Menurut
Hurlock (dalam Mulyadi, 2004 : 23) pengendalian emosi sangatlah penting jika
orang tua menginginkan anaknya mampu berkembang secara normal setidaknya ada
dua alasan mengapa pengendalian emosi penting bagi anak. Pertama, masyarakat
mengharapkan anak untuk mulai belajar mengendalikan emosi dan masyarakat
menilai apakah anak berhasil melakukannya. Anak akan mempelajari ekspresi emosi
yang dapat diterima oleh kelompok bergaulnya dan mana yang tidak diterima oleh
kelompok bergaulnya. Dengan demikian, anak hanya akan menampilkan ekspresi yang
diterima kelompok. Kedua, pola ekspresi emosi termasuk amarah telah dipelajari
oleh anak sejak kecil. Semakin dini anak belajar mengendalikan emosinya,
semakin mudah pula anak mengendalikan emosinya di masa yang akan datang.
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 543) pengendalian, yaitu: (a) proses, cara
perbuatan mengendalikan; pengekangan, (b) pengawasan atas kemajuan (tugas)
dengan membandingkan hasil dan sasaran secara teratur serta menyesuaikan usaha
(kegiatan) dengan hasil pengawasan. Selanjutnya, Sarwono (1976: 51)
mengemukakan bahwa emosi merupakan keadaan pada diri seseorang yang disertai
dengan warna efektif, baik pada tingkat yang lemah (dangkal) maupun pada
tingkat yang kuat (mendalam).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sosial
emosional pada anak penting dikembangkan. Terdapat beberapa hal mendasar yang
mendorong pentingnya pengembangan sosial emosional tersebut, yaitu Pertama,
makin kompleksnya permasalahan kehidupan di sekitar anak, termasuk di dalamnya
perkembangan IPTEK yang banyak memberikan tekanan pada anak dan mempengaruhi
perkembangan emosi maupun sosial anak. Kedua, adalah penanaman kesadaran bahwa
anak adalah praktisi dan investasi masa depan yang perlu dipersiapkan secara
maksimal, baik aspek perkembangan emosinya maupun keterampilan sosialnya.
Ketiga, karena rentang usia penting pada anak terbatas. Jadi, harus
difasilitasi seoptimal mungkin agar tidak ada satu fase pun yang terlewatkan.
Keempat, ternyata anak tidak bisa hidup dan berkembang dengan IQ semata, tetapi
EI jauh lebih dibutuhkan sebagai bekal kehidupan. Kelima, telah tumbuh
kesadaran pada setiap anak tentang tuntutan untuk dibekali dan memiliki
kecerdasan sosial emosional sejak dini.
B.
Saran
Para orang tua atau guru prasekolah sudah seharusnya
dapat memberikan pembekalan yang memadai tentang pengelolaan emosi pada setiap
anak agar dapat memenuhi tuntutan penyesuaian diri dari lingkungannya, baik
dari lingkungan keluarga, sekolah maupun teman bermain. Jika kebutuhan untuk
memenuhi tuntutan tersebut tidak segera diupayakan maka dampak negatif tersebut
di atas akan mempengaruhi perkembangan emosi dan sosial anak lebih serius.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali Nugraha dkk, Metode Pengembangan Sosial
Emosional, Universitas Terbuka, Jakarta, 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar