Kamis, 01 November 2018

MAKALAH METODE PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA DINI | faktor yang mempengaruhi tempramen | kebutuhan psikologi anak

MAKALAH METODE PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA DINIhttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgd3aoK1xDjrDVD7vzfHj3BR5Rx0_ahmTGjbwbgdbKozk4XzhCiSpYRitpOBkMddLLh1a2wUWNZw9y0kUUSGjmhs5uPY2Mvqzg00TQL4Ewm8Rldun_WPDPl4ge3ZjRs084izV-hSohLsO4/s1600/

KATA PENGANTAR

            Segala puji bagi Allah SWT Rabb seluruh alam, yang telah menciptakan manusia dengan sempurna. Memberikan nikmat terbesar iman dan islam yang tertancap mantap dilubuk hati kita. Sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya, tabi’innya, dan seluruh umatnya yang istiqomah mengikuti tuntunan dan teladan sampai akhir zaman. Atas berkat rahmat Allah SWT, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah  ini dengan judul “Perkembangan sosial emosional di Taman Kanak-Kanak”. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan ini, masih banyak terdapat kekeliruan, seperti pepatah yang mengatakan tak ada gading yang tak retak, kami akan sangat berlapang dada dan besar hati menerima saran dan kritik yang bersifat membangun, bermanfaat bagi kelanjutan pembuatan makalah yang selanjutnya.

Tebo,    Oktober 2018


Penulis












DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................
Daftar isi.........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ..................................................................................
B.     Rumusan Masalah .............................................................................  
BAB II PEMBAHASAN
1.      Faktor – faktor yang Memengaruhi Temperamen..............................            
2.      Kebutuhan psikologi anak .................................................................
3.      Inteverensi dini dalam mengembangkan emosi dini..........................
4.      Hal-hal yamg perlu dilakukan orang dewasa dalam
mendampingi dan mendorong emosi anak.........................................
5.      Inteverensi dini dalam mengembangkan emosi dini..........................
6.      Hal-hal yamg perlu dilakukan orang dewasa dalam
mendampingi dan mendorong emosi anak.........................................
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ........................................................................................
B.     Saran...................................................................................................
 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................











BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Anak dilahirkan dengan potensi mampu berkembang secara baik, tetapi mereka tidak mungkin sepenuhnya melakukan secara sendiri. Anak-anak dalam pengembangan dirinya, termasuk pada aspek sosial emosional membutuhkan bantuan dan program yang sesuai dengan kebutuhannya. Tindakan-tindakan untuk mencerdaskan dimensi perkembangannya perlu ditangani secara serius. Dengan demikian, diharapkan anak menjadi generasi yang mampu mengisi kehidupannya secara cerdas dan sesuai harapan masyarakat.
Namun tentunya tiap anak tidak sama persis pencapaiannya, ada yang benar-benar cepat berkembang ada pula yang membutuhkan waktu agak lama.Tidak semua anak usia dini mengalami perkembangan secara normal,banyak kendala/permasalahan di dalam perkembangannya yang di sebabkan oleh beberapa faktor.

B.  Rumusan masalah
1.      Faktor – faktor yang Memengaruhi Temperamen
2.      Kebutuhan psikologi anak
3.      Inteverensi dini dalam mengembangkan emosi dini
4.      Hal-hal yamg perlu dilakukan orang dewasa dalam mendampingi dan mendorong emosi anak.
5.      Inteverensi dini dalam mengembangkan emosi dini
6.      Hal-hal yamg perlu dilakukan orang dewasa dalam mendampingi dan mendorong emosi anak.





BAB II
PEMBAHASAN

1.      Faktor Yang Memengaruhi Perkembangan Emosional Anak
            Secara garis besarnya terdapat dua faktor yang memengaruhi proses perkembangan yang optimal bagi seorang anak, yaitu faktor internal (dalam) dan eksternal (luar). Faktor internal ialah faktor-faktor yang yang terdapat dalam diri anak itu sendiri, baik yang berupa bawaan maupun yang diperoleh dari pengalaman anak. faktor internal ini meliputi: (a) hal-hal yang diturunkan dari dari orang tua; (b) unsur berpikir dan kemamouan intelektual: (c) keadaan kelenjar zat-zat dalam tubuh (unsur hormonal); dan (d) emosi dan sifat-sifat (temperamen) tertentu.
Adapun faktor eksternal atau faktor luar ialah faktor-faktor yang diperoleh anak dari luar dirinya, seperti faktor keluarga, faktor gizi, budaya, dan teman bermain atau teman sekolah. Kelurga sangat berpengaruh dalam membentuk kepribadian anak sikap dan kebiasaan keluarga dakam mengasuh anak mendidik anak, hubungan orang tuadengan anak, dan hubungan antara anggota keluarga. Keluarga yang proses pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal. Seperti hubungan keluarga antara bapak dan ibu yang tidak harmonis, sering bertengkar di depan anak,perlakuan kasarterhadap anak, terlalu ketat dan mengekang kebebasan anak, kesemuanya akan sangat memengaruhi perkembangan kepribadian  anak.

2.      Tipe anak yang terpengaruh pengembangan emosinya
Ada 5 ciri yang menggambarkan anak yang mengalami gangguan perilaku, antara lain:
1.      Tidak mampu belajar yang bukan disebabkan oleh faktor kesehatan seperti cacat indera atau fisik lainnya. Anak ini, pada dasar fisiknya baik-baik saja, yang menghambat adalah keadaan psikologisnya
2.      Tidak bisa menjalin hubungan atau pertemanan dengan teman sebaya, bahkan orangtua dan gurunya di sekolah. Karena perilakunya yang labil, emosional, dan berubah-ubah, anak menjadi individualis karena lingkungannya tidak bisa menerima keadaan anak tersebut.
3.      Perasannya suka tidak normal, berubah-ubah tidak jelas tanpa sebab nyata dan pasti.
4.      Mood mudah terganggu atau terdistraksi, kadang marah, depresi, kecewa. Intinya emosionalnya labil.

5.      Cenderung takut sendiri karena masalah pribadi dan di sekolah, maka akan mengeluarkan emosi dan perilaku seperti, menangis dan mengamuk. Jika ditanyakan alasannya, akan menyinggung perihal masalah pribadi dan hal di sekolahnya.

3.      Faktor – faktor yang Memengaruhi Temperamen
            Secara umum, temperamen sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor hereditas (keturunan) dan faktor lingkungan (environmental) (Papalia, et. al., 2004; Turner & Helms, 1995 dikutip dalam Gunarsa, 2007)
     Faktor herediter. Ialah kondisi temperamen yang telah dibawa sejak kelahiran anak yang bersangkutan dan ini bersifat stabil, permanent atau menetap.
     Faktor lingkungan. Ialah sejauhmana lingkungan amat mempengaruhi kondisi temperamen individu, misalnya: perlakuan/pemeliharaan anak dari orangtua.

4.      Kebutuhan psikologi anak
1.Dunia Anak Adalah Dunia Bermain
                Banyak orang tua yang mengeluh mengapa anaknya malas atau tidak mau belajar tapi hanya senang bermain saja. Bila orang tua memahami bahwa dunia anak adalah dunia bermain, sebagai suatu ketentuan (kodrat), maka sebaiknya orang tua memberikan keleluasaan anak untuk bermain dan memanfaatkan waktu bermain tersebut sebagai proses pembelajaran.
Dunia bermain bagi anak adalah penuh spontanitas dan menyenangkan. sesuatu akan dilakukan oleh anak dengan penuh semangat apabila terkait dengan suasana yang menyenangkan. Termasuk juga belajar melalui bermain, seorang anak akan rajin belajar bila suasana terasa menyenangkan, dengan bermain sambil belajar anak akan mendapatkan banyak pengetahuan, keterampilan, pemahaman. Namun sebaliknya kegiatan belajar tidak dengan menyenangkan dan suasana bermain, maka anak akan membenci dan menjauhinya.
Belajar membutuhkan konsentrasi, dan saat bermain anak dalam konsentrasi yang tinggi, lupa akan sekitarnya, lupa makan, lupa istirahat. Seandainya orang tua mampu memanfaatkan kegiatan bermain sebagai kegiatan pembelajaran, maka akan banyak yang didapatkan anak guna pengembangkan aspek kecerdasannya.

2.Anak Suka Meniru
Orang tua terkadang marah bila melihat anaknya yang sedang kesal melempar benda-benda atau berteriak-teriak, juga saat anak berkata-kata buruk.
            Padahal apa yang dilakukan oleh anak adalah hasil dari mereka meniru lingkungan sekitarnya, karena anak adalah peniru yang handal.
            Anak-anak pada dasarnya senang meniru, karena salah satu proses pembentukan tingkah laku mereka adalah diperoleh dengan cara meniru.
            Anak-anak yang gemar membaca umumnya adalah anak-anak yang mempunyai lingkungan dimana orang-orang di sekelilingnya adalah juga gemar membaca. Mereka meniru ibu, ayah, kakak atau orang-orang lain di sekelilingnya yang mempunyai kebiasaan membaca dengan baik tersebut.
            yang nyata akan hal-hal yang baik, seperti selalu tersenyum, senang bernyanyi, menghargai orang lain termasuk prilaku bersemangat dalam mempelajari hal-hal baru.

3.Anak Bukanlah Orang Dewasa Mini
            Kegelisahan yang sering muncul dari orang tua atas prilaku anaknya, seperti kesal karena tidak menurut dan susah diatur atau merasa tidak mengerti persaan orangtuanya. Maka kalau ini yang terjadi, orangtua masih menganggap anaknya adalah orang dewasa mini yang harus bisa mengikuti apa yang diinginkannya.
Padahal anak adalah anak-anak dengan segala kekhasannya, kelucuannya, keluguan,
ketidaktahuan, keunikan dan lainnya.
            Tidak seperti orang dewasa yang sudah mempunyai logika berpikir. saat anak harus dibandingkin dengan dewasa sudah barang tentu anak akan banyak kekurangannya.
            Untuk itu, dalam menghadapi mereka dibutuhkan adanya kesabaran, pengertian serta toleransi yang mendalam mengharapkan mereka bisa mengerti sesuatu dengan cepat dengan membayangkan
bahwa mereka adalah orang-orang dewasa seperti kita, tentu bukan merupakan sikap yang bijaksana.

5.      Inteverensi dini dalam mengembangkan emosi dini
Perkembangan Anak Usia Dini
            Jika kegiatan deteksi, memiliki kemiripan dengan langkah-langkah diagnosis, maka langkah-langkah diagnosis yang disajikan dalam Buku Akta Mengajar V (1984/1985) dapat pula digunakan, yaitu :
(1) identifikasi,
(2) lokalisasi letak kesulitan belajar,
(3) lokalisasi penyebab kesulitan,
(4) memperkirakan kemungkinan bantuan,
(5) menentukan kemungkinan cara mengatasi kesulitan,
(6) tidak lanjut.
            Atau sejalan dengan prosedur pelayanan bimbingan dan konseling yang dikemukakan Abin Syamsudin, (2007:284) yang meliputi kegiatan
(1) identifikasi kasus
(2) Identifikasi masalah
(3) analisis masalah (diagnosis),
(4) estimasi dan identifikasi alternative masalah (prognosis),
(5) tindakan pemecahan masalah
(6) evaluasi hasil pemecahan masalah dan tidak lanjutannya.
                        Langkah-kangkah tersebut dapat digunakan jika perangkat pendukung untuk melakukannya sudah tersedia, seperti instrumen deteksi dan program deteksi dan intervensinya itu sendiri. Berkenaan dengan instrumen, pendidik dapat mengembangkannya dari karakteristik yang telah teridentifikasi, sesuai dengan jenis permasalahan yang akan dideteksinya. Sangat dianjurkan, karakteristik yang ada dikembangkan secara lebih rinci, sehingga prilaku yang akan diobservasi lebih terukur, agar memudahkan dalam melakukan analisisnya.

6.      Hal-hal yamg perlu dilakukan orang dewasa dalam mendampingi dan mendorong emosi anak.
            Setiap anak mempunyai suatu keunikan, dan keunikan setiap anak berbeda-beda. Ada anak yang bersifat pendiam, pemarah, sabar, dan sebagainya. Begitu pun dalam mengelola emosi, perilaku anak jelas berbeda-beda. Pengendalian emosi yang bermacam-macam itu terbentuk berdasarkan bagaimana cara orang tua membimbing anaknya dalam mengungkapkan perasaan emosinya. Anak yang mengendalikan emosinya dengan baik, pada umumnya akan diterima oleh lingkungannya dengan baik pula.
Pengendalian Emosi
            Menurut Hurlock (dalam Mulyadi, 2004 : 23) pengendalian emosi sangatlah penting jika orang tua menginginkan anaknya mampu berkembang secara normal setidaknya ada dua alasan mengapa pengendalian emosi penting bagi anak. Pertama, masyarakat mengharapkan anak untuk mulai belajar mengendalikan emosi dan masyarakat menilai apakah anak berhasil melakukannya. Anak akan mempelajari ekspresi emosi yang dapat diterima oleh kelompok bergaulnya dan mana yang tidak diterima oleh kelompok bergaulnya. Dengan demikian, anak hanya akan menampilkan ekspresi yang diterima kelompok. Kedua, pola ekspresi emosi termasuk amarah telah dipelajari oleh anak sejak kecil. Semakin dini anak belajar mengendalikan emosinya, semakin mudah pula anak mengendalikan emosinya di masa yang akan datang.
            Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 543) pengendalian, yaitu: (a) proses, cara perbuatan mengendalikan; pengekangan, (b) pengawasan atas kemajuan (tugas) dengan membandingkan hasil dan sasaran secara teratur serta menyesuaikan usaha (kegiatan) dengan hasil pengawasan. Selanjutnya, Sarwono (1976: 51) mengemukakan bahwa emosi merupakan keadaan pada diri seseorang yang disertai dengan warna efektif, baik pada tingkat yang lemah (dangkal) maupun pada tingkat yang kuat (mendalam).


















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
             Sosial emosional pada anak penting dikembangkan. Terdapat beberapa hal mendasar yang mendorong pentingnya pengembangan sosial emosional tersebut, yaitu Pertama, makin kompleksnya permasalahan kehidupan di sekitar anak, termasuk di dalamnya perkembangan IPTEK yang banyak memberikan tekanan pada anak dan mempengaruhi perkembangan emosi maupun sosial anak. Kedua, adalah penanaman kesadaran bahwa anak adalah praktisi dan investasi masa depan yang perlu dipersiapkan secara maksimal, baik aspek perkembangan emosinya maupun keterampilan sosialnya. Ketiga, karena rentang usia penting pada anak terbatas. Jadi, harus difasilitasi seoptimal mungkin agar tidak ada satu fase pun yang terlewatkan. Keempat, ternyata anak tidak bisa hidup dan berkembang dengan IQ semata, tetapi EI jauh lebih dibutuhkan sebagai bekal kehidupan. Kelima, telah tumbuh kesadaran pada setiap anak tentang tuntutan untuk dibekali dan memiliki kecerdasan sosial emosional sejak dini.

B.     Saran
Para orang tua atau guru prasekolah sudah seharusnya dapat memberikan pembekalan yang memadai tentang pengelolaan emosi pada setiap anak agar dapat memenuhi tuntutan penyesuaian diri dari lingkungannya, baik dari lingkungan keluarga, sekolah maupun teman bermain. Jika kebutuhan untuk memenuhi tuntutan tersebut tidak segera diupayakan maka dampak negatif tersebut di atas akan mempengaruhi perkembangan emosi dan sosial anak lebih serius.





DAFTAR PUSTAKA

Ali Nugraha dkk, Metode Pengembangan Sosial Emosional, Universitas Terbuka, Jakarta, 2008


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Puisi perpisahan guru tercinta | Contoh Puisi Guru Tercinta Tentang Perpisahan

Puisi Perpisahan Guru Tercinta Selamat tinggal guru ku tercinta Setelah hari ini di sekolah ini kami tak lagi ada.. Setelah b...